Aku adalah manusia
yang tengah berjalan untuk mengembara dalam kehidupan..
Dalam setiap detakan
jantungku, selalu memiliki rekaman memori yang
takkan pernah sirna oleh
waktu, memori itu takkan pernah luput dalam
langkahku, dan memori itu begitu berkesan penting dalam Hidupku.
Sepanjang
aliran darah dan
hembusan Nafas ini bergetar
dalam kehampaan hatiku dengan jiwa yang polos
dan tengadah pada alur kehidupan.
Aliran
sunyi dan pilu kemudian menghujam seluruh lapisan tubuhku, mataku semakin berkaca dan menetes
perlahan selaras dengan rapuhnya jiwa yang
lemah dan tak berdaya.
Tiap kepingan tubuh ini melepas seakan terus berjatuhan dan kembali mengingat detik demi
detik yang terukir di masa kecilku.
Masa ketika aku
belum menyadari banyak sekali hal
terindah disana. Ketika aku mendapat CINTA yang begitu indah dari semua
orang, ketika hidupku bebas berlari
bersama cita dan sinar
mentari yang tak pernah
padam.
Aku bahagia menjadi diriku :)
WHO AM I?
Aku
adalah manusia biasa pada umumnya.
Hidupku terbilang sederhana dan cukup standar. namun dalam meniti jalan
kehidupan, terkadang banyak hal yang terbilang cukup berliku dengan menghadapi kerikil jalan yang tidak biasa. Mungkin itulah sebabnya aku berkembang
dengan proses yang cukup rumit. Bahkan terkadang urat sarafku tak mampu
mengendalikan ketegangan dan mengalami stress yang meningkat. Sehingga banyak orang
yang melihatku dengan paradigma berbeda dan terkadang belum mampu aku pahami.
Lepas dari semua itu.... Aku adalah
Aku seperti ini adanya. I
just Ordinary person. And not more.
Well, aku adalah seorang remaja
akhir atau dewasa awal yang tepatnya berumur 19 tahun.
Namaku Asti Siti Aminah. untuk
memperjelas, akan sedikit ku ceritakan sejarah dalam makna namaku...
Ketika aku lahir orang tuaku memang mengukir namaku
agar sesuai dengan harapanya. Sehingga pernah pula terjadi kebimbangan cukup
lama dalam memutuskan namaku. Mungkin karena aku adalah anak sulung yang
notabene pertama hadir dalam keluarga. Sehingga mereka begitu kreatif dan
membutuhkan waktu yang lama untuk menyusun kata tersebut.
Kata Asti tersusun dari 4 huruf yang memiliki makna
sendiri.
A= Anak. S= Sholeh. T= Titipan. I=Illahi..
jadi secara keseluruhan namaku
adalah Anak Sholeh Titipan Illahi. Walaupun sebelumnya pernah pula terinspirasi
menjadi Isti. Yaitu Istri Sholeh Titipan Illahi. Tapi mungkin orang tuaku
berfikir itu masih jauh di alami. sehingga singkat kata namaku adalah ASTI.
Walaupun nama ini cukup pasaran dan memang sederhana, tapi aku bahagia.
Ternyata orang tuaku berharap banyak padaku untuk menjadi Anak sholeh yang
berbakti pada mereka. Yaa, itu adalah harapan yang begitu tulus dari orang tua.
Walau terkadang aku merasa berat menjalaninya. Karena terkadang aku tidak
selalu seperti namaku.
Aku
adalah seseorang yang cukup pendiam. Mungkin sikap ini terispirasi dari
filosofi kata “Diam itu Emas”. Walau sebenarnya aku meragukan kata-kata itu.
apakah benar diam itu emas dikala memang kita wajib untuk berbicara?. Namun
secara psikologis kata-kata itu wajar saja aku terima karena menjadi pertahan
diri dan alasan mengapa aku menganutnya.
Selain
itu aku adalah orang yang sulit beradaptasi. Dalam kamus hidupku waktu
penyesuaian adalah hal yang begitu menyakitkan, dimana sering terjebak dalam
kesunyian dan diam dalam kebisuan. Sesungguhnya sudah banyak buku yang ku baca
untuk pengembangan diri. Harapanku adalah berubah dan berubah. Namun ternyata
proses itu lebih panjang dari apa yang ku baca. Terkadang aku menyesal mengapa
tidak basa-basi saja untuk memulai percakapan. Namun pada kenyataanya inilah
Aku yang secara karakter memiliki garis tersendiri yang tidak lepas terbentuk
dari masa kecil dan berkembang hingga sekarang. Dan untuk itu, mungkin aku
harus mencoba berlatih menjadi orang yang lebih suffel dan fleksibel dalam
kehidupan.
Dari
semenjak kecil aku adalah anak rumahan. Anak yang jarang terlihat dalam
penduduk negeri. Entah apa alasan aku menjadi anak rumahan, yang jelas aku
tidak mempunyai teman di sekitar rumah.
Mungkin karena letak geografis rumahku yang jarang penduduk atau memang
keluargaku yang kurang bersosialisasi. Hal yang sangat mengenaskan bila ku
telusuri alur kehidupan di belakang. Mungkin jika di analisis aku memang selalu mengalami tugas perkembangan yang
terhambat dalam aspek sosial dan lainnya. Hal ini terbentuk karena lingkungan
yang mengikatku membentuk pola karakter yang terkung-kung oleh keadaan. Duniaku
menjadi terbatasi di dalam rumah, dan hidupku hanya tersusun dari rangkaian anak
autis yang berdiam diri di kamar.
Jika
dunia ini boleh bocor, maka akan ku sesali terhadap pola didik orang tuaku yang
memang agak sedikit otoriter. Mereka terlalu menjaga kesterilan kehidupan dalam
pergaulanku. Padahal jauh dari itu aku adalah anak yang perlu tumbuh dengan
segala macam karakteristiknya pada anak. Namun mungkin itu terjadi karena
mereka terlalu mencintaiku sangat jauh dengan segala ketakutan sebagai
pertimbangannya.
Dan
after all, aku menjadi anak pendiam, pasif, dan pemalu. Anak yang menyimpan
segala perasaanya seorang diri dan kurang terbuka dengan segala perkembangan
dunia luar yang terjadi. Mungkin ada ruang yang kosong dalam jiwaku ketika kini
melihat anak-anak kecil berlarian dan tertawa bahagia. Mereka menikmati
indahnya masa kecil yang begitu berarti. Masa-masa dimana hidup itu mudah dan
hanya membutuhkan sedikit senyuman untuk berubah menjadi tawa. Dan membutuhkan
sedikit aliran nafas untuk berubah menjadi tarian kecil dalam bermain. Jauh
dari itu aku merasakan kerinduan yag tak terbayar oleh apapun hingga aku
tersadar bahwa kini aku telah besar dan bernajak menuju gerbang kedewasaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar